Rabu, 03 November 2010

Sekali lagi..saudaraku...Jagalah Lisanmu...!

Bismillahirrohmanirrohim
  
Alloh 'azza wa jalla berkata :

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tidaklah terlafadzkan suatu ucapan melainkan disisinya ada malaikat pencatat roqiib dan 'atid"(QS. Qhof : 18)

Dan Alloh 'azza wa jalla berkata :

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ

"Sesungguhnya Robbmu benar-benar mengawasi".(QS. Al Fajr : 14)

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabulloh dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad sholallohu 'alaihi was salam dan waspadalah kalian pada perkara-perkara yang diada-adakan, maka sesunguhnya perkara yang muhdats adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya didalam neraka. wal 'iyadzubilah

 Alloh subhanahu telah memberi nikmat lisan dimana lisan laksana sebuah pedang bermata duaLisan yang digunakan untuk bertaqwa kepada Alloh Ta'ala seperti untuk membaca Al-Qur'an, mengajak pada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar serta menolong orang yang terdzolimi dan juga lisan juga bisa dipergunakan untuk mengikuti keinginan syaithon seperti membuat perpecahan kaum muslimin, berdusta, bersaksi palsu, ghibah, namimah, melanggar kehormatan orang lain dan ucapan-ucapan yang diharomkan Alloh Ta'ala dan RosulNya.

Alloh Subhanahu wa Ta'ala berkata :

وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ

"dan lisan dan dua buah bibir"(QS. Al Balad : 9)

Semestinya bagi setiap mukallaf untuk menjaga lisannya dari semua perkataan kecuali perkataan yang nampak adanya suatu maslahat, maka yang sunnah adalah diam dikarenakan terkadang perkataan yang mubah bisa mendorong kepada yang harom atau makruh, bahkan kebanyakan atau pada umumnya kebiasaannya demikian.

"Assalamatu laa ya'diluhaa syai'un"

"keselamatan itu tidak ada bandingannya sedikitpun"

Diriwayatkan di dalam shohih Bukhory dan Muslim dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu tentang Nabi sholallohu 'alaihi was salam berkata :

" barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaknya mengatakan perkataan yang baik atau diam"(Bukhori 6089 dan  Muslim 46 )

Imam Nawawi rohimahulloh berkata : "hadist ini disepakati atas ke shohihannya didalamnya mengandung bahwa tidaklah semestinya seseorang berbicara kecuali apabila keberadaan pembicaraan tersebut adalah kebaikan maksudnya nampak adanya suatu maslahat baginya, dan kapan meragukan tentang kemaslahatannya  maka jangan berbicara".

Sungguh Imam Syafi'i rohimahulloh berkata : " Apabila dia ingin bicara maka wajib baginya berfikir sebelum berbicara, maka seandainya nampak adanya suatu maslahat, berbicaralah !! dan jikalau dia ragu janganlah dia berbicara sampai nampak kemaslahatannya".(al adzkar hal.264).

Diriwayatkan didalam shohih Bukhory dan Muslim dari Abu Musa al Asy 'ary  rodhiyallohu 'anhu, beliau berkata : aku bertanya pada Nabi : muslim manakah yang paling afdhol? Nabi sholallohu 'alaihi was salam berkata : "seorang muslim yang muslim lainnya selamat dari lisannya dan tangannya"(al adzkar 956).

Diriwayatkan didalam shohih Bukhory dan Muslim dari Sahl bin Sa'ad rodhiyallohu 'anhu tentang Rosululloh sholallohu 'alaihi was salam berkata :

" Barangsiapa yang memelihara apa-apa yang diantara dua dagunya dan apa-apa yang diantara dua kakinya, aku jamin bagi dia syurga"(al adzkar 207).

Diriwayatkan didalam shohih Bukhory dan Muslim dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu,bahwasannya beliau telah mendengar Nabi sholallohu 'alaihi was salam berkata :

"sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat tanpa dipikirkan baik dan buruknya sehinga menggelincirkan dengan kalimat tersebut kedalam neraka yang lebih jauh dari apa-apa diantara timur dan barat". dan dalam riwayat Bukhory (lebih jauh dari apa-apa antara timur) dengan tanpa menyebutkan barat.(al adzkar 958).

Dan diriwayatkan didalam shohih Bukhory dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu tentang nabi sholallohu 'alihi was salam berkata :

"sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat dari keridho'an Alloh ta'ala dimana dia tidak menganggapnya berarti sama sekali, Alloh Ta'ala mengangkatnya beberapa derajat disebabkan kalimat tersebut, dan sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang dimurkai Alloh  Ta'ala  dimana dia tidak menganggapnya berarti sama sekali, Alloh menurunkannya kedalam jahannam dengan sebab kalimat tersebut"(al adzkar 959)

Diriwayatkan didalam kitabnya Imam Tirmidzi rohimahulloh dari Ibnu Umar rodhiyallohu 'anhuma, beliau berkata : telah berkata Rosululloh sholallohu 'alaihi was salam :

" jangan kalian banyak bicara dengan selain dzikrulloh, maka sesungguhnya banyak bicara selain dzikrulloh ta'ala mengeraskan bagi hati dan sesunguhnya paling jauhnya manusia dari Alloh Ta'ala orang yang hatinya keras"(al adzkar 962)

Seringkali seseorang merasa mudah untuk menjaga dirinya dari makanan yang harom, berzina, minum khomr dan hal-hal yang dilarang oleh agama akan tetapi merasa berat untuk menjaga lisannyaSampai-sampai kita saksikan ada orang yang dikenal dengan kezuhudannya, ibadahnya akan tetapi keluar dari mulutnya ucapan yang mendatangkan kemurkaan dari Alloh 'azza wa jalla, wal 'iyadzubillah.

Yang disesalkan lagi adalah kaum hawa, sering menyalahgunakan nikmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang berupa lisan iniLisan dilepaskan begitu saja tanpa penjagaan sehingga keluar darinya kalimat-kalimat yang membinasakan pengucapnya,  biasa terucap. Terasa ringan tanpa beban, seakan tiada balasan yang akan diperoleh. Membicarakan cacat/cela seseorang, menjatuhkan kehormatan seorang muslim, seakan jadi santapan lezat bagi yang namanya lisan.

Lisan yang berpenyakit seperti ini banyak diderita oleh kaum hawa, sehingga mereka harus banyak-banyak diperingatkan untuk bertakwa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam perkara lisan mereka.

Ketahuilah..! 

Bahayanya lisan bila tidak dijaga oleh pemiliknya,

Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rohimahullohu menerangkan :“Kaum muslimin selamat dari lisannya di mana ia tidak mencela mereka, tidak melaknat mereka, tidak mengghibah dan menyebarkan namimah di antara mereka, tidak menyebarkan satu macam kejelekan dan kerusakan di antara mereka. Ia benar-benar menahan lisannya. Menahan lisan ini termasuk perkara yang paling berat dan paling sulit bagi seseorang. Sebaliknya, begitu gampangnya seseorang melepas lisannya.”

Beliau rohimahullohu juga menyatakan : “Lisan termasuk anggota tubuh yang paling besar bahayanya bagi seseorang. Karena itulah, bila seseorang berada di pagi harinya maka anggota tubuhnya yang lain, dua tangan, dua kaki, dua mata dan seluruh anggota yang lain mengingkari lisan. Demikian pula kemaluan, karena pada kemaluan ada syahwat nikah dan pada lisan ada syahwat kalam (berbicara). Sedikit orang yang selamat dari dua syahwat ini. Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisannya, yakni ia menahan lisannya dari mereka. Tidak menyebut mereka kecuali dengan kebaikan. Ia tidak mencaci, tidak mengghibah, tidak berbuat namimah dan tidak menebarkan permusuhan di antara manusia. Dia adalah orang yang memberikan rasa aman kepada orang lain. Bila ia mendengar kejelekan, ia menjaga lisannya. Tidak seperti yang dilakukan sebagian manusia, wal ‘iyadzubillah. bila mendengar kejelekan saudaranya sesama muslim, ia melonjak kegirangan kemudian ia menyebarkan kejelekan itu di negerinya. Orang seperti ini bukanlah seorang muslim (yang sempurna imannya).” (Syarhu Riyadhish Shalihin, 1/764)

Al-Imam Al-Hakim rohimahullohu meriwayatkan dalam Mustadraknya dari ‘Ubadah bin Ash-Shomit rodhiyallohu ‘anhu bahwasanya Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke bibirnya dan berkata :

الصُّمْتُ إِلاَّ مِنْ خَيْرٍ. فَقَالَ لَهُ مُعَاذٌ: وَهَلْ نُؤَاخَذُ بِمَا تَكَلَّمَتْ بِهِ أَلْسِنَتُنَا؟ فَضَرَبَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَخِذَ مُعَاذٍ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُعَاذُ، ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ -أَوْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُوْلَ لَهُ مِنْ ذَلِكَ- وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ فِي جَهَنَّمَ إِلاَّ مَا نَطَقَتْ بِهِ أَلْسِنَتُهُمْ؟ فَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ عَنْ شَرٍّ، قُوْلُوْا خَيْرًا تَغْنَمُوا وَاسْكُتُوْا عَنْ شَرٍّ تَسْلَمُوْا

“Diamlah kecuali dari perkataan yang baik..!” Mu’adz bertanya kepada Rosululloh, “Apakah kita akan disiksa disebabkan apa yang diucapkan oleh lisan-lisan kita?” Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam memukul paha Mu’adz, kemudian bersabda, “Wahai Mu’adz, ibumu kehilangan kamu”, atau beliau mengucapkan kepada Mu’adz apa yang Alloh kehendaki dari ucapan. “Bukankah manusia ditelungkupkan di atas hidung mereka ke dalam jahannam tidak lain disebabkan karena apa yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka? Karenanya, siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau ia diam dari berkata yang jelek. Ucapkanlah kebaikan niscaya kalian akan menuai kebaikan dan diamlah dari berkata yang jelek niscaya kalian akan selamat.” (Dishohihkan Asy-Syaikh Muqbil rohimahullohu dalam Ash-Shohihul Musnad, 1/460).

Imam Nawawi rohimahulohu berkata : "telah sampai kepadaku bawasannya Qois bin sa'adah dan Aktsam bin Shoifi keduanya berkumpul lalu salah satu dari keduanya mengatakan kepada temannya : berapa banyak aib yang engkau dapatkan pada anak adam? maka temannya menjawab : sangat banyak dan tidak terhingga dan yang sempat aku hitung delapan ribu aib dan aku mendapati satu sifat seandainya ini diamalkan niscaya akan tertutupi semua aib tersebut, temannya bertanya : apakah dia? temannya menjawab : menjaga lisan (al adzkar hal.266)

Nabi sholallohu 'alaihi was salam berkata :

" tahanlah atasmu lisanmu dan lapangkanlah rumahmu dan tangisilah kesalahanmu"(berkata Tirmidzi hadist hasan dari Uqbah bin Amir rodhiyallohu 'anhu)

Demikianlah akibat yang sangat mengerikan dari bahaya lisan bagi individu, masyarakat dan umat islam.


Perkataan ulama tentang bahaya lisan :


1. Anas bin Malik rodhiyallohu 'anhu: “Segala sesuatu akan bermanfaat dengan kadar lebihnya, kecuali perkataan. Sesungguhnya berlebihnya perkataan akan membahayakan.”

2. Abu Ad-Darda’ rodhiyallohu 'anhu: “Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang yaitu orang yang diam namun berpikir atau orang yang berbicara dengan ilmu.”

3. Al-Fudhail rohimahullohu: “Dua perkara yang akan bisa mengeraskan hati seseorang adalah banyak berbicara dan banyak makan.”

4. Sufyan Ats-Tsauri rohimahullohu : “Awal ibadah adalah diam, kemudian menuntut ilmu, kemudian mengamalkannya, kemudian menghafalnya lantas menyebarkannya.”

5. Al-Ahnaf bin Qais rohimahullohu: “Diam akan menjaga seseorang dari kesalahan lafadz (ucapan), memelihara dari penyelewangan dalam pembicaraan, dan menyelamatkan dari pembicaraan yang tidak berguna, serta memberikan kewibawaan terhadap dirinya.”

6. Abu Hatim rohimahullohu:“Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya. Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jika terdapat (maslahat) baginya maka dia akan berbicara. Dan bila tidak ada (maslahat) dia tidak (berbicara). Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya dia akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.”

7. Yahya bin ‘Uqbah:“Aku mendengar Ibnu Mas’ud berkata: ‘Demi Alloh yang tidak ada sesembahan yang benar selainNya, tidak ada sesuatu yang lebih pantas untuk lama dipenjarakan dari pada lisan.”

8. Mu’arrifh Al-‘Ijli rohimahullohu:“Ada satu hal yang aku terus mencarinya semenjak 10 tahun dan aku tidak berhenti untuk mencarinya.” Seseorang bertanya kepadanya: “Apakah itu wahai Abu Al-Mu’tamir?” Mua’arrif menjawab: “Diam dari segala hal yang tidak berfaidah bagiku.”(Lihat Roudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala karya Abu Hatim Muhamad bin Hibban Al-Busti, hal. 37-42)


Manfaat Menjaga Lisan

Menjaga lisan jelas akan memberikan banyak manfaat, diantaranya :

1. Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Alloh dan RosulNya.

Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu meriwayatkan bahwa Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (Bukhori 6090, Muslim 48).

2. Akan menjadi orang yang memiliki kedudukan dalam agamanya.

Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab:

“ Orang Islam yang paling utama adalah orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (Bukhori 11, Muslim  42).

Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali hafidhohulloh mengatakan: “Hadits ini menjelaskan larangan mengganggu orang Islam baik dengan perkataan ataupun perbuatan.” (Bahjatun Nazhirin, 3/8)

3. Mendapat jaminan dari Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam untuk masuk ke surga.

Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam berkata dalam hadits dari Sahl bin Sa’d rodhiyallohu 'anhu :

“Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (Bukhari  6088)

Dalam riwayat Al-Imam At-Tirmidzi no. 2411 dan Ibnu Hibban no. 2546, dari shahabat Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu, Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam berkata :

“Barangsiapa yang dijaga oleh Alloh dari kejahatan apa yang ada di antara dua rahangnya dan kejahatan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka dia akan masuk surga.”

4. Alloh Ta'ala akan mengangkat derajatnya dan memberikan ridhoNya kepadanya.

Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam berkata dalam hadits dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu :

“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Alloh yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Alloh mengangkat derajatnya karenanya.” (Bukhori 6092)

Dalam riwayat Al-Imam Malik, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dan dishohihkan oleh Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin (3/11), dari shahabat Bilal bin Al-Harits Al-Muzani rodhiyallohu 'anhu bahwa Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam berkata :

“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhoi oleh Alloh dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Alloh), lalu Alloh mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Alloh.”

 Aku memohon kepada pemilik Arsy yang agung dengan perantaraan nama-namanya yang indah dan sifatNya yang sempurna agar menjagaku dari akibat lisan yang jelek, Allohlah yang memberi manfaat padaku baik ketika aku masih hidup ataupun setelah meninggal nanti,

Alloh Ta'ala berkata :

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ  إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

" Pada hari tidaklah memberi manfaat harta dan tidak pula anak kecuali orang yang datang kepada Alloh dengan hati yang selamat"(QS. Asy Syu'aaro 88-89).

Wallohu a'lam bish showab

by Abu Abdirrohman Anang on Wednesday, September 29, 2010 at 7:27pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar