Minggu, 31 Oktober 2010

Bergaul dengan Lawan Jenis Boleh, Tapi....


Adab Bergaul dengan Lawan Jenis

Dilahirkan sebagai seorang wanita adalah anugerah yang sangat indah dari Allah Ta’ala. Sebuah anugerah yang tidak dimiliki oleh seorang pria.Terlebih anugerah itu bertambah menjadi muslimah yang mukminah yaitu wanita muslimah yang beriman kepada Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)


Bercanda yang Berpahala





Sering kali kita melengkapi kehidupan ini dengan canda dan tawa. Terkadang kita memerlukan penyegaran kembali setelah lama beraktifitas dan menjalani berbagai kesibukan yang melelahkan. Di saat itulah kita dapat melepaskan lelah dan penat dengan canda dan tawa. Hal itu kerap kali terjadi pada para wanita, terkadang bermula dari pembicaraan beberapa orang (ngobrol) dan setelah itu timbul canda dan tawa (guyon).

Namun perlu diwaspadai, akankah canda tersebut menimbulkan masalah atau tidak?

Karena banyak masalah besar yang awalnya hanya diakibatkan karena bercanda yang berlebihan. Nah, mengapa hal ini bisa terjadi? Kemungkinan ada sesuatu yang salah di dalamnya.



Bukan Kebebasan Sayang, tapi ‘Eksploitasi’

Apa hubungannya mobil di pameran itu dengan gadis-gadis ‘berseragam’ seronok sambil lenggak-lenggok mengelilingi mobil, ini pameran mobil atau wanita? Apa fungsinya wanita dengan rok ‘BUPATI’ itu duduk di kursi tinggi ongkang kaki di belakang etalase kaca toko HP, yang mau dibeli apa atau siapa? Apa laki-laki yang nganggur sudah habis sehingga karyawan SPBU sekarang diambil alih kaum hawa? Kenapa iklan baliho di pinggir jalan itu selalu menawarkan “bonus” senyum wanita? Duh, kenapa yang memperingatkan kalau pulsa saya hampir habis selalu suara wanita?

Itu kan kemajuan? Ya, maju menuju ke jurang kehinaan. Ini ‘keberhasilan’ para pejuang kebebasan. Mereka bebas tapi hak, kehormatan dan kodratnya sebagai wanita dirampas. Mereka mungkin merasa lebih ‘dihargai’ tapi bukan sebagai manusia melainkan ‘barang komoditi non migas’ yang mudah ditukar dan didapatkan dengan beberapa rupiah. Mereka memang ‘diberdayagunakan’ tapi tidak lebih dari sekedar hiasan yang bila usang akan diganti.

Saudariku, tahu tidak? Wanita-wanita barat di tengah kehidupan serba bebas dan glamour, mereka sebenarnya sangat cemburu dengan adab bangsa timur yang memperlakukan wanitanya bak ratu di rumahnya.

Ikut Aku Menemui Istrimu

بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Tsabit Al Banani Rahimahullah dia menceritakan, ada seorang pemuda yang terlibat dalam sebuah peperangan. Pemuda tersebut begitu kuat keinginannya untuk menjadi seorang syuhada. Entah berapa peperangan yang telah ia ikuti namun syahid tak kunjung menyapanya. Sehingga pemuda itu bertekad jika dalam peperangan ini dirinya tidak terbunuh di jalan Allah, aku akan kembali ke kampung halaman dulu, kata pemuda tersebut kepada kawan-kawan seperjuangannya. "Aku mau menikah", katanya berbinar.<span>Hari itu panas cukup menyengat. Orang yang sedang berpuasa seperti dirinya berusaha mencari tempat berteduh, seperti di bawah pohon yang tidak jauh dari kemah pasukannya. Tak lama kemudian pemuda inipun terlelap tidur siang. Menjelang matahari tergelincir para sahabatnya membangunkan pemuda tersebut untuk sholat Zhuhur. Namun mereka keheranan, tidak seperti biasanya ia bersegera untuk sholat. Pemuda itu tidak bergegas mengambil air wudlu, ia bahkan menangis tersedu saat terjaga dari tidurnya.